Kunjungan Menlu AS ke Selandia Baru Disambut Acungan Jari Tengah
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, mendapat sambutan tak bersahabat ketika berkunjung ke Selandia Baru. Tak hanya oleh warga, tapi juga oleh pemerintah negara itu.
Tillerson tiba di Wellington pada Selasa untuk melaksanakan lawatan selama delapan jam. Kedatangannya disambut dengan jari tengah dan jempol ke bawah oleh para demonstran.
Fairfax Media melaporkan, kontingen AS terkejut dengan sambutan "bermusuhan" yang ditunjukkan atas kunjungan Tillerson tersebut.
"Saya belum pernah melihat begitu banyak orang mengacungkan jari tengah terhadap iring-iringan mobil pejabat Amerika seperti yang saya lihat sekarang," ungkap koresponden New York Times di Washington Gardiner Harris kepada Stuff.co.nz seperti Liputan6.com kutip dari The Guardian, Selasa (6/6/2017).
Sekitar 200 orang berdemonstrasi bersama dengan kelompok aksi perubahan iklim 350 Aotearoa di luar gedung parlemen saat menyambut kedatangan Tillerson. Aksi mereka dipicu oleh kebijakan Presiden Donald Trump menarik AS mundur dari Kesepakatan Paris untuk Perubahan Iklim dalam waktu dekat.
Greenpeace Selandia Baru menyebut Tillerson sebagai "antek" Trump. Organisasi pemerhati lingkungan tersebut juga membentangkan sebuah spanduk yang mengecam penolakan terhadap Kesepakatan Paris.
Pemerintah Selandia Baru saat ini tetap pada komitmennya atas Kesepakatan Paris dan target untuk mengurangi emisi sebesar 11 persen pada 2030. Sementara itu, Partai Hijau dan Partai Buruh justru menginginkan agar targetnya ditingkatkan menjadi 40 persen.
Petinggi kedua partai tersebut, James Shaw dari Partai Hijau dan Grant Robertson dari Partai Buruh turut dalam aksi protes menyambut kedatangan Tillerson di luar gedung parlemen.
Penyambutan yang diberikan Perdana Menteri Bill English terhadap Tillerson dikabarkan juga jauh dari gambaran penuh persahabatan.
Dalam konferensi persnya, PM English mengatakan, "Rakyat Selandia Baru sejak lama tidak menyukai sejumlah presiden AS dan tidak setuju dengan pandangan mereka tentang kebijakan anti-nuklir kita selama 30 tahun -- tapi itu tidak menghalangi kerja sama dalam urusan keamanan dan pertahanan."
Lebih lanjut, English menerangkan ia dan Tillerson membahas penarikan diri AS dari Kesepakatan Paris. Menurut laporan Stuff, Tillerson tetap membela keputusan Trump.
Sementara itu, dari luar gedung parlemen James Shaw dari Partai Hijau mengatakan, "Selandia Baru punya sejarah membanggakan dalam melawan AS terkait dengan senjata nuklir. Hari ini, kita harus berjuang untuk perubahan iklim."