Situs Judi Online dan Artikel Sex Indonesia terpercaya 2019

Selasa, 05 April 2016

Cerita Sex Gairah Tante Haus Seks


Cerita Sex Gairah Tante Haus Seks


“Loh Tan, udah pulang ?, kirain siapa “ kataku sambil tersenyum kepadanya, namun tidak ada balasan 

senyuman yang kudapat darinya, ia hanya melihatku dengan pandangan biasa saja, kemudian dari mulutnya 

keluar kata-kata “Fan, kita pulang sekarang, kamu siap-siap, sekarang juga kita pulang”. Aku terdiam 

sambil memandangnya, ada pertanyaan yang akan aku tanyakan kepadanya, namun sulit sekali aku 

mengucapkannya, karena kulihat wajah Tante Mala sepertinya tanpa ekspresi dan tampaknya ingin aku 

menurutinya tanpa banyak bertanya.

 Aku bergegas merapikan bajuku, membereskan dandananku, tanpa banyak cakap, memeriksa seisi kamar takut-

takut ada yang tertinggal atau terlewatkan. Setelah memastikan semua beres, aku membantu membawa tas 

kecil Tante Mala, mengatakan padanya bahwa semuanya telah siap, dan berjalan mengikutinya keluar.

Kuperhatikan Tante Mala, wanita cantik yang kukagumi, tampak bergegas melangkah. dengan dandanan baju 

hitamnya yang seksi, dengan baju terusan yang berbelahan rendah, aku hanya meliriknya sekilas sambil 

menelan ludah. Sambil melangkahkan kakiku, menuju areal pelataran parkir, banyak pertanyaan menghiasi 

otakku.

Didalam mobil yang kukendarai, beliau juga tidak banyak cakap, hanya sesekali bergumam, memastikan apakah 

mobil dalam keadaan laik jalan, sudah cek air, oli atau bensin cukup untuk digunakan sampai tujuan, dan 

aku hanya menjawabnya juga ala kadarnya. Ada apa dengan Tante Mala, ia terlihat tidak seperti biasanya, 

tidak ceria dan banyak tersenyum seperti Tante Mala yang kukenal selama ini. Apakah sebenarnya yang 

terjadi ? apakah beliau saat ini sedang berada dalam posisi yang tidak mengenakkannya ? apa yang telah 

terjadi saat aku mandi ? ataukah apa yang terjadi saat Tante Mala dan Om Herman dalam perjalanan pulang 

dari kantor Om Herman ? Apakah Tante Sandra melabrak Om Herman kemudian berimbas kepada Tante Mala ? 

Apakah Tante Mala mengetahui bahwa kami, aku dan Tante Sandra telah memergokinya berselingkuh dengan Om 

Herman ? Lalu mengapa Tante Sandra tidak ikut kembali dengan kami ? ada apa dengannya ? masih banyak 

pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu dipikiranku, namun tak ada keberanian dari diriku untuk bertanya 

kepadanya.

Kulirik jam ditanganku, jam setengah delapan kurang, kalau perjalanan dari sini menuju kerumah sekitar 

3,5 jam berarti kami akan tiba di rumah sekitar setengah sebelas, sedangkan perutku belum diisi sejak 

siang tadi, duh.. bisa-bisa cacing didalam perutku ngamuk, karena belum mendapat upeti. Tante Mala 

seperti mengerti akan pikiranku, beliau melihat aku melirik jam dan akhirnya mengajakku untuk nanti 

mampir di salah satu rumah makan bila kami melewatinya.

Sejam perjalanan yang kami lewati dengan keheningan, dimalam ini lalu lintas cukup ramai, mungkin karena 

bertepatan dengan weekend, sehingga banyak lalu lalang kendaraan dijalan yang kami lalui. Jarak dari 

tempat kami tadi memang cukup jauh, melewati perkebunan, sawah dan beberapa kota kecil, akhirnya ketika 

kami melewati sebuah kota yang cukup ramai, kami memutuskan untuk mencari rumah makan yang dirasa menurut 

kami cukup enak, aman dan nyaman.

Akhirya kami memutuskan untuk berhenti disebuah restoran yang kelihatan cukup mewah, karena menurut Tante 

Mala, tempat itu adalah tempat biasa ia makan, bila melewati kota ini. Memang kulihat tempat itu cukup 

bagus, banyak mobil-mobil mewah terparkir disana, dan kulihat disebelahnya juga terdapat hotel yang cukup 

bagus, mungkin kelas melati, namun cukup asri dan mewah untuk sekelas penginapan di kota kecil seperti 

ini.

Kami makan di restoran itu tanpa banyak berbicara, sampai saat ini aku tidak berani untuk menanyakan apa 

yang terjadi terhadapnya, aku hanya dapat mengira-ngira saja. Ada sedikit sesal dihatiku, mengapa Tante 

Mala berselingkuh dengan Om Herman, aku sangat menyayangkannya, aku selalu memperhatikan gerak-geriknya 

yang salah tingkah, beliau sepertinya saat ini agak sungkan kepadaku. Didalam hatiku ada kecurigaan, 

sepertinya Tante Mala mengetahui bahwa aku memergokinya saat tadi Aku dan Tante Sandra berkunjung ke 

Kantor Om Herman, mungkin Tante Sandra marah besar terhadap keduanya, sehingga Tante Mala berusaha 

menghindari keduanya dengan mengajakku pulang cepat. Aku tersenyum getir, untungnya Tante Sandra telah 

memuaskanku, memuaskan birahiku, sehingga setidaknya Om Herman telah membayar apa yang telah dilakukannya 

terhadap Tanteku telah dibayar oleh istrinya.

Dasar aku memang sial, jarang pergi sama cewek cakep, sekalinya pergi dengan wanita cantik sexy didepanku 

ini malah membuat aku grogi. Restoran yang kami datangi ini adalah restoran continental dengan berbagai 

macam menu masakan luar negeri. Kulihat sekeliling sepertinya eksekutif-eksekutif yang berpakaian necis, 

ganteng, dengan jas, dasi, sepatu mengkilap sedang makan malam disini, belum lagi kulihat, beberapa meja 

dipenuhi dengan keluarga-keluarga kaya yang turut bersantap.

Sepertinya cuma aku aja yang berani tampil beda, berani malu beda dari yang lainnya, cuma kemeja lengan 

pendek, dengan celana jeans belel, belum lagi muka yang lecek beminyak, yang membuat orang yakin, percaya 

dan berani taruhan gede2an kalo aku berpenghasilan gak lebih dari UMR. Sialan. Dan yang membuatku grogi 

adalah sepertinya semua mata memandang kami, Tante Mala yang berpenampilan cantik, sexy dengan berbelahan 

dada rendah, membuat mata mereka sepertinya sebentar-sebentar kembali melirik kami, jelas ini membuat aku 

semakin kikuk, jangan-jangan membuat mereka berpikir kalo aku ini adalah pembantunya, kuyaaaa.

Melihat menu restoran semakin membuat aku puyeng, makanan dengan bahasa yang tidak banyak kumengerti 

semakin membuat aku bingung dalam memilih. Masa aku mau memilih gado-gado atawa karedok ? ada sih emang, 

tapi bukannya itu nanti malah membuat mereka berpikir kalo aku biasa makan di emperor resto ? emperan 

trotoar !. gak la yau..

Akhirnya setelah da..de.. do… aku dengan tegas menunjuk menu makanan jepang shashimi, dengan harapan itu 

adalah makanan lezat khas jepang seperti di restorant cepat saji yang biasa aku lihat dibrosur2 yang 

disodori oleh SPG cantik di depan mall-mall, yang biasanya aku comot walaupun mereka tidak menyodorkan ke 

aku, (mungkin mereka menilai dari penampilanku yang dalam pikiran mereka aku gak bakal mampir, gak kuat 

bayar, padahal sih iya, lah wong aku Cuma ngarep di brosur itu mereka naruh nama dan no telp yang bisa 

aku kerjain, kali aja nyangkut… heheheh… !) .

Ada rasa kaget bercampur haru, kaget dan terperanjat ketika ternyata yang aku pesan adalah makanan ikan 

mentah diiris-iris dengan dimasukkan ke bumbu cair yang bau dan rasanya seperti air cuka tumpah 

dicomberan, dan terharu buat orang yang melihat aku salah mesen…. hiks. Terpaksa deh itu makanan aku 

makan juga, walau diselingi oleh coca-cola. Sehingga nanti kalo orang tanya bagaimana rasa shasimi aku 

akan cepat menjawabnya dengan jawaban “ikan mentah rasa coca cola” Hiks..

Kurang dari sejam kami selesai makan, tante Mala memberi isyarat padaku agar segera pergi untuk 

melanjutkan perjalanan setelah selesai membayar. Aku mengikutinya melangkah, namun aku agak kaget kupikir 

beliau akan menuju mobil untuk kami segera melanjutkan perjalanan menuju pulang, namun beliau malah 

melangkah kedalam gedung hotel disebelah, beliau memberi isyarat kepadaku untuk mengikutinya. Aku hanya 

memandangnya dan tanpa banyak bertanya aku bergerak mengikutinya.

“Fan, Tante agak pening nih, mungkin lebih baik kita menginap disini, besok aja kita melanjutkan 

perjalanan, kalo dipaksakan tante bisa sakit nih”, katanya kepadaku seolah ingin meyakinkanku. Aku hanya 

mengiyakannya, dan seakan bahwa ini tidak masalah buatku.

Setelah cekin dilobby, aku mengikutinya masuk kamar, jam menunjukkan kurang dari pukul 9 malam. Entah 

karena aku juga capek, letih atau apa, menyimpan tas yang kuambil tadi sebelum dimobil kami masuk, 

melemparkannya dan merebahkan diriku di ranjang, duh, pegel bener. Mengingat kejadian hari ini memang 

cukup membuatku letih, ada tambahan tenaga setelah makan tadi, namun aktivitas hari ini cukup membuatku 

menguras tenaga, kulihat tante mala, merebahkan dirinya di bangku yang tersedia dalam kamar, menyandarkan 

kepalanya sambil memejamkan mata.

Beberapa saat kami terdiam, aku melangkah bangun menyalakan televisi yang berada didalam kamar, 

menggunakan remote yang tersedia untuk mencari siaran yang kurasa enak ditonton dan kembali bermaksud 

merebahkan diri kembali di ranjang, namun langkahku terhenti, kulirik Tante Mala, dan berkata “Tan, Tante 

sakit ? tiduran aja dulu di ranjang, istirahat “ kataku, sambil melangkah mendekatinya. Tante Mala 

membuka matanya sambil tetap memegangi keningnya, “Iya deh Fan, tante mala istirahat dulu” katanya sambil 

bangun dan beranjak mendekati sisi tempat tidur.

Aku melihatnya, kami berganti posisi, kulihat beliau membaringkan tubuhnya di ranjang, menggunakan bantal 

dikepalanya dan berusaha memejamkan mata, aku hanya terdiam melihatnya, entah apa yang harus kulakukan, 

namun sepertinya aku dapat menduga apa yang terjadi padanya, mengalihkan pandangan darinya dan berusaha 

fokus pada televisi yang aku tonton.

Beberapa lama kami terdiam seperti ini, aku seperti membayangkan kejadian tadi siang, persis seperti yang 

dialami tante Sandra. Membuat perutku seperti mendesir, mengingat kejadian tadi siang dimana aku dan 

Tante Sandra melakukan persetubuhan, kembali aku melirik Tante Mala, membayangkannya bersetubuh denganku, 

dan ini membuat dedeku semakin tegang.

Berusaha menepiskan segala pikiran dari benakku, kembali memusatkan pikiran ke arah televisi, kulihat 

tante Mala, bangun dari ranjang, dan memandangku sambil berkata, “Fan, tante mo mandi dulu ah, mungkin 

nanti bisa lebih segar”, katanya. Aku memandangnya dan menganggukkan kepala seolah tak peduli namun 

seakan memberi persetujuan, namun aku tetap memandang televisi di kamar itu.

Kulihat beliau mengambil sesuatu dari tasnya, mengeluarkan beberapa barang, menaruhnya dekat kaca yang 

berada disisinya dan kemudian kulihat beliau melangkah ke arah pintu kamar mandi, sambil membawa sesuatu 

seperti pakaian, memasuki kamar mandi, dan menutup pintunya. Duh, padahal aku mengharapkan kalo beliau 

mandi dengan pintu terbuka seperti Tante Sandra.

Beberapa lama aku menunggunya mandi, sambil menonton televisi. Beliau keluar kamar mandi dengan muka 

tampak segar melangkah keluar, mengenakan penutup pakaian seperti kimono, warna putih, dan yang mebuatku 

deg-degan adalah, beliau mengenakan baju tersebut seperti tidak dikancing atau diikat pinggangnya dan 

jelas membuat payudaranya seperti hendak mencuat keluar.

Berjalan melangkah ke arah meja berkaca disebelah ranjang tempat tidur, mematut-matutkan diri sejenak. 

Kulihat beliau seperti mengambil sesuatu dari pinggiran meja tersebut, seperti strip obat, mengambil 

beberapa kemudian memasukkan ke dalam mulutnya dan meneguknya dengan air yang telah tersedia disisi lain 

meja itu. Aku memperhatikan dan Kemudian seperti tidak perduli ada diriku didekatnya, tanpa kuduga sama 

sekali, beliau memelorotkan baju putih tersebut, membelakangi diriku. Namun hal itu malah membuatku 

terbengong-bengong. Memang aku sering melihat dan memperhatikan Tante mala dalam keadaan polos tanpa 

busana, namun biasanya hal itu tanpa beliau sadar bahwa aku ada didekatnya dan atau bila aku 

mengintipnya, tapi kalau ini jelas beliau tahu aku ada disitu dan jelas-jelas melihatnya dari pantulan 

kaca didepannya.

Entah, jelas hal ini membuat aku terkesima, memandangnya terus seperti itu mungkin akan membuat aku gelap 

mata, berpikiran seolah-olah tante Mala memancing aku, merayu aku untuk menyetubuhinya, aku berusaha 

memalingkan pandanganku darinya, berusaha menepis bayang-bayang kotor yang kian menguasai pikiranku.

Rambutnya yang agak ikal panjang, disisir kebelakang, kemudian dengan menggunakan cairan yang ada 

didekatnya, mengusapnya ketelapak tangan, membasuhnya di rambut kepalanya, selanjutnya menyisir kembali 

kebelakang, sesekali kedua tangannya diangkat kearah kepala, memegang kedua rambutnya, dan hal ini jelas 

membuat kedua payudaranya seperti ditonjolkan keluar, seakan menyuruh aku untuk melihat, memegang dan 

meminta aku untuk memuji-mujinya betapa indahnya kedua bukit kembar tersebut.

Sering aku berpikiran, bahwa selama ini aku selalu dikelililngi oleh wanita wanita cantik dengan badan 

yang begitu indah, montok, putih, mulus dan tentu saja di anugrahi 2 buah bukit kembar yang juga montok, 

besar dan dengan bentuknya yang menggiurkan, entahlah kadang aku heran apakah dengan aku yang jelek, 

pendek, dengan tubuh yang pas-pasan ini selalu mendapat godaan yang rasanya sulit aku hindari.

REPOST BY: RAJAPOKER88

Share:
Keluarga Besar Marga Sun. Diberdayakan oleh Blogger.

Breaking News

KAMI MENYEDIAKAN GAME LIVE CASINO TERBARU DI https://bit.ly/2pLGSsO SILAHKAN DAFTAR YA.. SALAM KEMENANGAN YA BOSKU

Arsip Blog

SABUNG AYAM