Situs Judi Online dan Artikel Sex Indonesia terpercaya 2019

Jumat, 20 Januari 2017

Gambia, Negeri dengan Dua Presiden

Gambia, Negeri dengan Dua Presiden


Pasukan negara-negara Afrika Barat, Kamis (19/1/2017), memasuki wilayah Gambia untuk "membantu" presiden terpilih Adama Barrow menduduki kursi jabatannya.

Pasukan Senegal dan empat negara lainnya menyeberangi perbatasan negeri kecil yang digemari wisatawan itu.

Barrow yang sejak memenangkan pemilihan presiden bulan lalu kini berada di Senegal, karena presiden petahana Yahya Jammeh enggan mengakui kekalahanya.

Alhasil, Barrow tetap dilantik di kantor kedutaan besar Gambia di Dakar, Senegal dihadiri beberapa puluh orang.

Dengan mengenakan pakaian serba putih, Barrow (51) mengucapkan sumpahnya sebagai presiden baru Gambia.

"Ini adalah kemenangan rakyat Gambia. Bendera nasional kami kini berkibar setara dengan negara demokrasi lainya," ujar Barrow kepada mereka yang hadir dalam pelantikannya.

"Ini adalah hari yang tak akan dilupakan warga Gambia selamanya," tambah Barrow.

Tak lama setelah pelantikan, Dewan Keamanan PBB langsung menyatakan dukungan terhadap upaya blok kerja sama Afrika Barat (ECOWAS) untuk memaksa Jammeh menyerahkan kekuasaannya.

Meski dalam pernyataannya itu, DK PBB tak secara langsung mendukung sebuah operasi militer terhadap Gambia.

Masuknya tentara koalisi ECOWAS dan kabar dilantiknya Adama Barrow menjadi presiden disambut gembira rakyat negeri kecil itu.

Mereka turun ke jalanan meluapkan emosi mereka yang tertahan selama hampir dua bulan. Di antara warga yang bergembira terdapat panglima AD Gambia, Ousman Badjie.

Sebelumnya, pada Rabu (18/1/2017), Ousman memutuskan tidak akan memerintahkan para prajuritnya memerangi pasukan ECOWAS.

"Kebebasan akhirnya tiba. Tirani terkubur dan demokrasi dipulihkan," kata Lamin Sanyang, salah seorang pendukung Barrow.

Sejauh ini pemandangan di ibu kota Banjul menepis kekhawatiran munculnya perlawanan dari faksi-faksi yang setia kepada Jammeh.

Jumlah pasukan Gambia yang terlihat di sekitar ibu kota sangat minim dan mereka tak mencegah warga yang merayakan kemenangan.

Adama Barrow, kandidat dari koalisi oposisi, secara mengejutkan mengalahkan Yahya Jammeh yang sudah memerintah negeri bekas jajahan Inggris itu sejak melakukan kudeta pada 1994.

Barrow yang pernah berprofesi sebagai agen real estat itu, meninggalkan Gambia pada 15 Januari dan berlindung di Senegal setelah situasi di negerinya memanas.

Jammeh berupaya untuk menghalangi pelantikan Barrow dengan meminta perintah penhgadilan dan pekan ini menyatakan negara dalam kondisi darurat.

Edward Gomez, mantan kuasa hukum Jammeh, kemudian meminta kliennya menyerahkan kekuasaan setelah dia juga kabur ke Senegal.

"Dengan rendah hati saya meminta Presiden Jammeh mengakui kekalahan dan biarkan perdamaian berlangsung di Gambia," ujar Gomez.

Di masa-masa kritis, Presiden Mauritania Mohamed Ould Abdel Aziz menggelar pertemuan dengan Jammeh di Banjul. Pertemuan itu juga dihadiri Presiden Senegal Macky Sall.

Sejauh ini belum diketahui apakah pemimpin Mauritania itu telah membuat kesepakatan atau menawarkan suaka kepada Jammeh.

Mauritania bukan anggota ECOWAS tetapi dalam masalah ini, negeri gurun tersebut kerap diminta menjadi penengah untuk menawarkan kesepakatan dengan Yahya Jammeh.

Belum ada pernyataan resmi dari Jammeh soal penyerahan kekuasaan kepada Barrow, hal ini praktis membuat Gambia menjadi negeri dengan dua presiden.

Share:
Keluarga Besar Marga Sun. Diberdayakan oleh Blogger.

Breaking News

KAMI MENYEDIAKAN GAME LIVE CASINO TERBARU DI https://bit.ly/2pLGSsO SILAHKAN DAFTAR YA.. SALAM KEMENANGAN YA BOSKU

Arsip Blog

SABUNG AYAM