Situs Judi Online dan Artikel Sex Indonesia terpercaya 2019

Kamis, 07 April 2016

Ibu Dan Adik Di Kentotin


Ibu Dan Adik Di Kentotin


Kuliah adalah tempat seseorang untuk menuntaskan cita-citanya. Dan juga mungkin tempat di mana kita akan mengenal sebuah dunia baru. Dunia ini begitu luas, sampai-sampai kita tak sadar bahwa dunia itu sedikit demi sedikit mempengaruhi kita. Kita tak heran banyak orang-orang yang pergi kuliah pulang ke kampung halamannya sudah berubah drastis. Dari mereka yang sifatnya lugu menjadi sok gaul, dari mereka yang sifatnya jelek bisa jadi pulang menjadi orang yang alim banget. Inilah yang terjadi padaku, sebuah pengalaman yang entah aku harus menyebutnya apa. Namaku Gun, sebut saja begitu. Seorang mahasiswa fakultas Tehnik di kampus X, salah satu PTS terkenal di kota Y.Ada perasaan kangen sebenarnya ama kampung halaman. Dan perasaan itu pun masih ada sampai sekarang, maklum karena kesibukanku, aku pulang hanya setahun sekali. Selain mengikuti organisasi kampus dan banyak ekstrakulikuler, aku juga dihadapkan pada jadwal perkuliahan yang padat. Namun pada semester kelima ini, aku mau mengambil cuti untuk beberapa waktu. Kabar tak enak datang dari kampung halaman. Baru saja keluargaku di kampung halaman mendapatkan musibah, sebuah kecelakaan. Ayah meninggal dan ibuku mengalami koma. Sedangkan adikku baik-baik saja. 

Mulai dari sinilah kehidupanku berubah.Ayah yang satu-satunya orang yang membiayai kuliahku pergi. Sehingga dari sini, aku harus membanting tulang sendirian, untuk ibuku, adikku dan diriku sendiri. Akhirnya kuliah ini aku tunda dulu. Aku mengajukan cuti satu semester. Waktu cuti itu aku manfaatkan untuk membanting tulang. Aku tak bisa mengandalkan dari warisan ayahku. Sebab kalau aku mengandalkannya, aku tak bisa membiayai semua keperluan kami. Dan syukurlah aku diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta, walaupun berbekal kemampuanku di bidang analisis data, aku mendapatkan gaji yang cukup.Ibuku adalah seorang wanita yang sangat cantik sebenarnya. Usianya baru 38 tahun. Ia menikah muda dengan ayahku. Dan sampai sekarang ia tetap bisa menjaga kemolekan tubuhnya. Pernah sih waktu masih remaja aku beronani membayangkan ibuku sendiri. Tapi hal itupun tak berlangsung lama, hanya beberapa saat saja. Dan adikku masih sekolah SMP, namanya Arin. Seorang gadis periang, cantik dan imut. Banyak cowok2 yang tergila-gila pada adikku itu. Dan paling tidak ada salah satu teman cowoknya yang pedekate ama dia, tapi yaaa…masih takut-takut.Dua minggu setelah kecelakaan itu, ibuku sadar dari komanya. Mulanya ia tak ingat apa-apa, namun setelah tiga hari berada di rumah, ia pun ingat. Tapi karena kondisinya yang masih lemah, ia pun tak bisa berbuat banyak. Aku dan Arin gantian menjaganya. Sebagai anak laki-laki satu-satunya beliau benar-benar menyayangiku. Katanya ia mengingatkanku pada ayah. Aku tahu ia sangat shock dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Aku dan Arin terus berusaha menghiburnya, sampai ia benar-benar sehat.Hari itu seperti hari-hari sebelumnya, tapi sedikit istimewa, karena teman-teman kuliahku mau mengunjungiku. Ketika pulang kerja, kami sempatkan sejenak untuk berkumpul. Mereka semua ikut berbela sungkawa terhadap keadaanku sekarang. Tapi selain itu mereka mencoba menghiburku, ada-ada saja ulah mereka, yaitu memberiku kaset bokep, dan majalah2 hardcore. Kata mereka, “Ini buat menghibur loe sobat, biar nggak berduka terus”. Sialan. Tapi nggak apa-apalah, soalnya juga sudah lama aku nggak nonton yang begituan. Namun ternyata inilah sumber dari kejadian selanjutnya.Aku pulang dan aku lihat adikku sedang 

belajar di kamarnya. Ibuku sudah bisa sedikit berjalan, walau masih berpegangan pada apapun yang ada di 

dekatnya.“Kau sudah pulang Gun?”, tanyanya.“Iya bu”, kataku.“Kalau mau makan, di meja makan tadi adikmu 

beli sesuatu”, kata ibuku.“iya”, kataku singkat.Singkatnya aku mandi dan mengurung diri di kamar. Aku pun 

mulai menonton bokep dan majalah-majalah hardcore. Mulanya sih agak aneh aja aku melakukan hal ini, tapi 

rupanya sedikit bisa menghiburku. Jam menunjukkan pukul sebelas malam, aku tak sadar kalau sudah lama aku 

berada di dalam kamar mengocok sendiri punyaku dan menontoni tubuh para wanita itu. Aku keluar kamar 

dengan maksud hati untuk makan apa pun yang ada di meja makan.Ketika keluar dari kamar, aku melewati 

kamar ibuku. Astaga, apa yang aku lihat itu? Ibuku yang memakai daster itu tampak tersingkap dasternya, 

sehingga aku bisa melihat CD-nya. Memang badannya masih mulus. Aku mulai berpikiran jorok, ini pasti 

akibat barusan aku nonton bokep. Wajahnya masih cantik, dan aku bisa melihat wajahnya yang polos ketika 

tidur. Aku berdiri di pintu kamarnya, memang pintunya sengaja di buka agar sewaktu-waktu kalau ia 

memanggilku aku bisa dengar. Entah setan mana yang menguasaiku, akupun mengocok punyaku sambil 

membayangkan beliau membelai punyaku. Aku kocok pelan-pelan. “Ohh….Mega..”, aku panggil nama ibuku 

berbisik. Aku terus mengocok, makin lama makin cepat, dan maniku muncrat…CROOT….CROTT…, banyak banget 

sampai mengotori lantai, buru-buru aku bersihkan dengan kain pel yang ada di sebelah pintu. Entah kenapa 

aku mulai berpikiran seperti itu. Namun rencana jelekku nggak sampai di situ saja.Esoknya, aku libur, 

sebab hari ini adalah hari sabtu. Kantorku sabtu dan minggu libur. Arin sudah pergi ke sekolah. Aku 

bangun agak kesiangan. Mungkin kelelahan karena peristiwa kemarin. Aku pun entah dari mana punya pikiran 

yang aneh-aneh lagi. Aku berniat memandikan ibuku, aku ingin melihat tubuhnya yang utuh. Aku pun ke kamar 

ibuku, ia sudah bangun dan sedang bersiap mandi.“Ibu, ibu mau mandi?”, tanyaku.“Iya Gun”, katanya.“Boleh 

Gun, mandiin ibu?”, tanyaku.“Nggak usah Gun, ibu sudah bisa sendiri koq”, jawabnya.“Nggak apa-apa bu, 

kondisi ibu masih belum pulih benar”, kataku merayu.Tak punya pikiran lainnya, ibuku pun menjawab, 

“Baiklah”.Akupun mengantarnya ke kamar mandi. Inilah saatnya pikirku. Aku melihatnya melepas daster, BH 

dan CD-nya satu per satu. Tampaklah dua buah toket yang masih mancung dan miss-v yang aku ingin lihat 

dari dulu. Aku hanya terbengong, dan tak terasa tongkolku sudah tengah. Darah mengalir cepat ke ubun-

ubunku.“Kenapa Gun?”, tanya ibu.“Ah..nggak apa-apa “, jawabku.“Bajunya dilepas dong Gun, nanti basah”, 

kata ibuku. “Kamu belum mandi juga kan?”“I…iya”,kataku.Aku pun melepas pakaianku. Ibuku agak terkejut 

melihat punyaku yang tegang. Lalu dia duduk di pinggir bak mandi. Seakan mengerti, akupun mengambil 

gayung dan menyiramkan ke tubuhnya. Ia membasuh mukanya, ia ganti mengambil gayung dan menyiramkannya ke 

tubuhku. Kami benar-benar saling menggayung. Tibalah saat menyabun. Aku mengambil sabun cair. Kusabuni 

punggungnya. Busanya melimpah, lalu dari belakang aku menyusuri pundak, hingga ke depan, aku agak takut 

menyentuh dadanya. Takut kalau dia marah. Tapi ternyata tidak. Akupun sedikit membelai toketnya, dan agak 

meremas. Kami diam, dan hanya bahasa tubuh saja yang saling berucap. Ku basuh dari dadanya, hingga ke 

perut. Ketika mau menuju miss-v, ibuku menahan.“Jangan pakai sabun ini, tidak baik untuk kewanitaan”, 

katanya. “Bersihkan dulu tubuh ibu”.Aku pun menurut, aku guyang ia pakai air. Sabun yang ada di tubuhnya 

hilang, lalu ia mengambil pembersih khusus kewanitaan. Lalu menyerahkannya kepadaku. Aku mengerti lalu 

mulai menyabun tempat itu pakai sabun tersebut. Mulanya aku hanya sekedar menggosok, tapi lama-lama aku 

sedikit menyentuh kelentitnya, ibuku memejamkan mata sejenak. Sepertinya ia keenakan, aku teruskan, namun 

aku tak berani lama-lama. Ia agak tersentak ketika aku menyudahinya. Ia menghirup nafas agak dalam, 

sepertinya ia sedikit horni.Aku mengguyang air di daerah kewanitaannya. Bersihlah sudah sekarang. Lalu 

giliranku. Aku disabun oleh ibuku. Mula-mula punggung, dadaku yang bidang, lalu perut, dan sampai di 

tongkolku yang tegang. Ia mengurut tongkolku sesaat, lalu menggosok buah pelirku, sepertinya ia tahu 

bagian-bagian itu. Enak sekali sentuhan ibuku.“E…bu…boleh Gun minta sesuatu?”, tanyaku.“Apa itu?”“Gun kan 

sudah dewasa, dan mengerti soal beginian. Kalau boleh aku ingin ibu mengocok punya Gun sebentar bu”, aku 

mengatakan hal yang aneh-aneh. Yang memang tak perkikirkan sebelumnya.Ibuku terdiam.“Maaf bu, aku tak 

bermaksud demikian, hanya saja, aku sebagai laki-laki normal siapa saja, pasti akan merasakan hal seperti 

ini”, kataku.“Iya, ibu faham, anak ibu sudah dewasa”, katanya.Tangannya yang lembut itu pun akhirnya 

mengocok punyaku, membelainya. Oh…apa ini? Aku serasa melayang. Ia benar-benar mengocok tongkolku yang 

sudah tegang. Peristiwa itu sangat erotis sekali. CLUK….CLUK…CLUK…bunyi tongkolku yang dikocok berpadu 

dengan air sabun. Busanya sangat banyak, aku ingin sekali meremas toket ibuku.“Bu, boleh Gun meremas dada 

ibu?”, tanyaku. “Gun sangat terangsang sekali”.“Maafkan ibu nak, seharusnya tidak begini. Gun tak boleh 

macam-macam sama ibu, ibu sakit Gun”, kata ibu.“Kalau ibu tidak mengijinkan juga tidak apa-apa, tapi Gun 

tidak tahan lagi”, kataku.Aku pun mencengkram pundak ibuku, pertanda mau orgasme. Ibuku tahu hal itu, dan 

ia mengocok tongkolku dengan cepat, CROOT…..CROOT…..CROT….sperma muncrat ke wajahnya, dadanya, dan 

perutnya. Banyak sekali. Sebagian membeler di jemarinya.“Sudah Gun?”, tanya ibu.“I…iya…”, kataku 

lemas.Ibuku lalu membersihkan spermaku yang ada di tubuhnya dengan membasuhnya dengan air.“Jangan bilang 

ini sama Arin ya”, katanya. “Atau orang lain.”Kami segera keluar dari kamar mandi. Entah apa yang aku 

lakukan barusan. Tapi aku sangat menikmatinya. Ibuku dan aku hanya memakai handuk saja. Aku membawanya 

sampai ke kamar. Di kamar aku masih horny, dengan posisi ibuku yang sekarang hanya pakai handuk saja, 

membuatku makin terangsang.Aku tak kuasa menahan godaan ini. Setelah ibuku aku dudukkan. Aku duduk di 

sebelahnya.“Bu, maaf kalau tadi Gun lancang di kamar mandi”, kataku.“Tak apa-apa Gun, laki-laki normal 

pun pasti demikian, bahkan bisa lebih”, kata ibuku.“Bu, apakah boleh Gun lihat lagi dada ibu?”, 

tanyaku.“Buat apa Gun?”, tanyanya. “Ibu masih sakit Gun”.“Sebentar saja bu, boleh ya?”, 

tanyaku.“Baiklah”, katanya.Ia membuka handuknya, tampaklah dua buah bukit kembar yang aku inginkan. Aku 

memegang putingnya, entah kenapa tiba-tiba aku menyusu di sana.“Oh…Gun…jangan Gun….ahkk”, ibuku tampak 

tak melawan walaupun aku menghisap susunya. Mengunyah putingnya, menggigit dan meremas keduanya. Tak 

terasa, ia sudah berbaring tanpa sehelai benang pun. Aku pun menciumi perutnya, hingga ke miss-v-nya. 

Miss-v-nya yang keset membuatku makin bergairah. Ibuku terus meronta jangan dan jangan. Aku tak peduli, 

nafsu sudah di ubun-ubun. Ibuku tampak terangsang dengan perlakukanku itu. Ia pun secara tak sengaja 

membuka pahanya, tongkolku sudah siap, dan aku sudah ada di atas ibuku. Kedua bibir kemaluan bertemu. 

Ibuku tampak meneteskan air mata.“Maaf, bu, tapi Gun tak kuasa menahan ini”, kataku lagi.Penisku 

kugesek-gesekkan di bibir miss-v-nya. Agak geli dan enak. Ini adalah aku melepaskan keperjakaanku kepada 

ibuku sendiri. Aku senggol-senggol klitorisnya, ibuku memejamkan mata, ia menggelinjang, setiap kali 

kepala penisku menyentuhnya. Lalu akupun memasukkannya. Miss-v-nya sudah basah sekali. Tak perlu tenaga 

banyak untuk bisa masuk. SLEEB!! Sensasinya luar biasa. Aku tak peduli ia ibuku atau bukan sekarang. Aku 

sudah menggenjotnya naik turun. Pinggulku aku gerakkan maju mundur dengan ritme sedang. Kurasakan sensai 

miss-v ibuku yang masih seret menjepit tongkolku yang panjang dan besar itu. Aku usahakan ibuku juga 

merasakan sensasi ini. Aku angkat bokongnya, aku remas. Kakinya mulai kejang dan menjepit 

pinggangku.“Ohh….Ahh…terus Gun…cepat selesaikan, cepat Gun….”, kata ibuku. Ia mencengkram sprei tempat 

tidur. Ia menggigit bibirnya. Wajahnya yang cantik dan bibirnya yang seksi membuatku terangsang. Dadanya 

naik turun, oh…seksi sekali.“Mega, tubuhmu nikmat Mega…ahh….aku ingin ngent*t terus denganmu, aku ingin 

keluar Mega…OOHH…Ahhhh”, aku percepat goyanganku. Ibuku pun sepertinya mau keluar, ia bangkit dengan 

bertumpu kepada kedua tangannya, pertanda orgasme. Aku juga keluar. Spermaku muncrat di dalam rahimnya, 

aku tekan kuat-kuat. Akhirnya fantasiku untuk ngent*t dengan ibuku sendiri kesampaian. Aku benamkan 

dalam-dalam penisku, sampai spermaku benar-benar tak keluar lagi. Ibuku lemas. Ia masih beralaskan handuk 

bekas mandi. Aku perlahan mencabut penisku. PLOP..!! suaranya ketika aku cabut.“Maafkan aku bu, tapi enak 

sekali”, kataku.Aku berbaring di samping ibuku. Ibuku memukulkan tangannya ke dadaku. “Kamu bajingan!!” 

Ibuku lalu menangis. Ia membelakangiku, sambil memeluk dirinya sendiri.Butuh waktu lama untuk dirinya 

bisa diam. Sampai kurang lebih 30 menit kemudian, nafsuku bangkit lagi, karena masih melihatnya 

telanjang. Aku mempersiapkan penisku yang tegang lagi. Kali ini bukan fantasi, inilah yang aku rasakan. 

Aku mendekatkan penisku ke pantatnya, aku sentuh pinggulnya, lalu aku masukkan penisku ke vaginanya. 

Nggak perlu susah-susah dan Bless….”Aah…Gun, kamu mau apa lagi? Tidak cukupkah kamu menyiksa ibu?”“Gun, 

tak tahan nih bu, Gun jugakan masih perjaka”, kataku. Posisiku kini dari samping. Dan aku keluar masukkan 

penisku. Pantatnya dan perutku beradu. Sensasinya luar biasa. Pantatnya benar-benar seksi, semok dan 

menggiurkan. Aku tak butuh waktu lama untuk bisa ejakulasi lagi di dalam rahimnya. Dan ketika puncak itu 

aku memeluk ibuku.Sensasinya aneh memang, tapi nikmat sekali. Setelah itu aku benar-benar memohon 

maaf.“Maafkan Gun bu, maafkan Gun”, kataku.Lalu ibuku menyuruhku untuk keluar kamar. Aku pun keluar. Aku 

kembali ke kamarku dan memikirkan apa yang terjadi barusan. Aku sudah menjadi anak durhaka.*******Arin 

pulang. Ibuku bertingkah seperti biasa. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tapi tatapan kami mempunyai 

arti. Antara malu, takut dan senang aku bingung.Esoknya, hari minggu. Ibuku tampak agak senang. 

Kesehatannya sedikit pulih. Ia bisa berjalan normal. Ia seolah melupakan kejadian kemarin. Apakah mungkin 

gara-gara apa yang aku lakukan kemarin? Bisa jadi. Tak perlu waktu lama memang untuk bisa mencerahkan 

wajahnya lagi. Ia sudah senang dengan perkembangan kesehatannya.Malamnya, ibuku ingin tidur di kamarku. 

Entah kenapa ia ingin begitu. Dan aku pun mengiyakannya. Pukul 12 malam. Ketika Arin sudah tidur. Dan aku 

berada di samping ibuku. Kami seranjang. Aku tahu bisa saja saat itu aku sudah bercinta dengannya, tapi 

ada sesuatu yang membuat kami tidak melakukannya.“Sepertinya kesehatan ibu mulai pulih akibat itu Gun”, 

katanya.“Tapi inikan baru satu hari bu, dan Gun sangat menyesal melakukannya kemarin”, kataku.Ibu 

bangkit, lalu ia menurunkan celana pendekku. Tanpa babibu, ia sudah mengulum penisku. Aku kaget 

mendapatkan sensasi itu. Tidak ada wajah jaim, tidak ada rasa penyesalan seperti kemarin. Ia sudah 

mengulum penisku, seorang Blow Jober pro. Ia mengocok, mengulum, menjilat. Dengan ganas ia lumat 

tongkolku dengan mulutnya yang seksi itu. Ia juga gesek-gesekkan ujung penisku ke putingnya, lalu ia 

jepit dengan dadanya. Akupun tak menyia-nyiakan ini, aku segera melepas bajuku, lalu bajunya. Kami sudah 

telanjang, dan ia masih mengoralku. Aku berbaring dengan menikmati sensasi yang sedikit aneh, tapi 

nikmat. Oh tidak, rasanya aku mau keluar….sedotannya benar-benar mantap. Aku tak kuasa lagi dan…

aahh..benar…CROT…CROT…CROT…spermaku tak sebanyak kemarin pagi. Tapi cukup untuk memenuhi isi mulutnya. Ia 

menyedot spermaku sampai habis.“Nih lihat”, kata ibuku sambil membuka sedikit mulutnya. Aku bisa lihat 

lidahnya yang terbungkus cairan putih spermaku.“Ibu hebat”, kataku.“Ibu masih belum puas”, katanya. Ia 

lalu menelan spermaku bulat-bulat.”Ah..”Aku bangkit dan langsung nenen. Aku menenen kepadanya seperti 

bayi, kali ini kami All Out. Tidak seperti kemarin. Kami saling mendesat, saling menggigit. Ibuku ada di 

atas, dan aku berbaring. Penisku sudah tegang lagi dan mengacung ke atas. Ia berjongkok dan menuntun 

penisku masuk miss-v-nya dengan tangannya. Ia pun naik turun sambil tangannya bertumpu pada pahaku. Makin 

lama ia makin cepat gerakannya. Aku juga tak kuasa, bahkan aku bisa-bisa jebol duluan. Ia tahu kalau aku 

mau jebol, Ia hentikan gerakannya, ia ganti dengan meremas-remas telurku. Oh…ini baru, tehnik baru. 

Ketika ia meremas telurku, tampak nafsuku yang sudah dipuncak tiba-tiba hilang. Lalu setelah beberapa 

saat kemudian, ia bergoyang lagi naik turun. Ia terus mengulangi hal itu kalau aku mau ke puncak, rasanya 

spermaku berkumpul di ujung penisku. Seolah-olah pijatan itu membuatku seperti menahan bom. Dan benar, 

ketika ibuku mau orgasme, ia lebih cepat bergerak. Ia naik turunkan lebih cepat dari sebelumnya, ia tak 

lagi bertumpu di pahaku, tapi di dadaku. Dan ia mengigau, “Oh…Gun…Oh…anak mama yang nakal….tongkolmu 

gedhe Gun. Nikmat banget. Ibumu ini jadi budakmu Gun…Ahh…Sampai…sampai…ibu mau sampai, kamu juga ya 

sayang, basahi rahim ibumu, hamili ibumu ini”.Aku pun keluar dan langsung bangkit memeluk ibuku. Kami 

orgasme bersama-sama. Vaginanya sangat basah, begitu juga punyaku. Sperma itu masuk ke rahimnya lagi. 

Banyak sekali, dan benar, spermaku tadi yang tertahan terkumpul di ujung dan melepas dengan semprotan 

yang luar biasa. Kami berpandangan sesaat, aku mencium bibirnya. Kami berciuman, aku masih memangkunya, 

dan tak perlu waktu lama. Kami ambruk dan saling berpelukan. Kami tertidur.******Hubunganku dan ibuku 

sendiri sekarang sudah seperti suami istri. Aku tak tahu bagaimana kami menyebutnya. Setiap malam aku 

selalu melakukannya, bahkan tidak tiap malam. Hampir setiap hari, dan kesehatan ibuku makin membaik dari 

hari ke hari. Dokter pun terheran-heran dengan hal ini. Dan setiap hari kami melakukan gaya yang 

berbeda-beda. Dan lambat laun hal ini pun tercium oleh Arin.Suatu saat ketika ibu tidur lebih awal, 

sehabis main denganku. Aku nonton tv. Di ruang tengah tampak Arin juga ada di sana. Aku duduk 

berdekatan.“Aku tahu kakak gituan sama ibu”, kata Arin.Aku kaget tentu saja.“Gituan gimana?”, tanyaku 

jaim.“Alaah, nggak usah sok alim deh kak. Kakak ngent*t ama ibu kan?”, tanyanya.“Kalau iya kenapa?”, 

tanyaku menantang.“Asal ibu bahagia saja, Arin senang. Walau pun agak aneh rasanya kakak yang melakukan 

itu ama ibu”, katanya.“Kamu kepengen ya?”,“Nggak ah”“Alah, kalau kau mau bilang aja, nggak usah malu-

malu, atau kamu sudah pernah gituan ya?”“Belum pernah, dan jangan ngejek ya!?”“Kakak nggak percaya, kamu 

pasti udah nggak perawan”, kataku.“Kakak jahat!”, katanya sambil memukul bahuku.“Aduh, koq mukul”, 

kataku.“Habisnya kakak jahat!”, katanya.“Kau harus tahu, aku melakukan ini juga untuk kesembuhan ibu, 

semakin kakak melakukannya ibu semakin membaikkan?”Arin diam sejenak, “Iya juga sih, ibu makin 

membaik”.“Mau tau rahasia?”, tanyaku.“Apa ?”, tanyanya.“Sebenarnya sudah sejak dari dulu kakak ingin 

begini sama ibu”, kataku.“Busett…kakak ternyata…”, Arin menggeleng-geleng.“Yee…ini juga karena memang ibu 

wanita yang cantik”, kataku. “Apalagi kakak juga sudah dewasa kan?”Entah bagaimana aku juga ingin begitu 

dengan adikku. Melihat dia hanya pakai celana pendek, bahkan aku bisa melihat putingnya yang menonjol. 

Kebiasaan dia kalau di rumah tak pakai BH. Alasannya gerah. Jadi hal ini pun membuatku makin 

terangsang.Guna memancingnya aku keluarkan penisku. Dan mengurutnya.“Kakak ngapain? Jorok ih”, 

katanya.“Yeee…suka-suka dong”, kataku. Aku mengocok perlahan sambil menatap adikku itu. “Kamu boleh koq 

sentuh”“Nggak ah..”, katanya.“SENTUH!!”, aku sedikit membentak.Adikku entah bagaimana ia tiba-tiba 

spontan menyentuh penisku.“Nah, gitu…”, kataku. Sensasinya mulai aku rasakan. “Sekarang kocok 

dong!!”“Udah ya kak, jangan deh”, katanya.“Kocok!”, kataku.Ia menurut. Mungkin perbedaan sikapku yang 

tadi membuat ia sedikit kaget. Aku tahu jantungnya berdegup kencang. Ia mengocoknya terus, tak beraturan. 

Tapi itu saja sudah membuatku nikmat. Aku lalu merangkulnya dan menciumnya, sembari ia masih mengocok. Ia 

kaget dan mencoba melepaskan diri, tapi aku lebih kuasa. Adikku yang SMP itu kini first kis 

denganku.Lidahku menari-nari di dalam mulutnya, ia tampak kewalahan, bahkan aku sigap kaosnya dan kuremas dadanya yang montok itu. Lalu aku menyusu kepada adikku itu, aku lucuti pakaiannya, ia meronta, “Kak…jangan…”Terlambat sudah, aku sudah menduduki perutnya, ia tak bisa ke mana-mana. Aku lucuti pakaianku, kini kami telanjang. Aku julurkan penisku ke mulutnya.“Ayo isep!”, kataku.“Nggak ah kak, koq jadi gini sih”, katanya.“Isep!”, kataku.Ia hanya nurut. Ia buka mulutnya dan aku jambak rambutnya. Kugerakkan kepalanya maju mundur. Nikmat sekali. Tak perlu lama-lama, aku sudahi permainan itu karena aku mengincar vaginanya. Segera, aku berbalik di posisi 69. Aku menjilati miss-vnya. Vagina perawan memang beda. Aku rasanya cairan itu membasahi mulutku. Lidahku terus menari-nari di dalamnya. Sementara adikku mengulum penisku dengan suara…”Hmmmhh…hmmmh…hmmmh…”Cairan kewanitaan itu makin banyak. Dan vagina itu basah sekali. Aku sudah benar-benar puas. Lalu aku berbalik. Dan aku siap untuk menusukkan penisku yang besar dan panjang ini ke vagina Arin yang sempit. Mulanya kepalanya yang masuk, sulit sekali. Lalu aku dorong perlahan, aku tarik lagi, aku dorong lagi, vaginanya berkedut-kedut meremas-remas punyaku. Punyaku serasa ingin dia hisap.“Kaakk….sakit kaak…jangan perkosa Arin”, katanya meminta.“Nanti juga enak koq Rin”, kataku.Dan aku pun mulai mendorongnya sekuat tenaga. Arin memiawik tertahan. Nafasnya memburu. Vaginanya berdenyut-denyut, ia menerima ransangan penisku, aku mulai bergoyang teratur. Sembari aku menindihnya aku menciumi bibirnya. Kakak adik ini sekarang sudah bersatu. Tak kusangka penisku bisa masuk penuh memenuhi rongga vagina adikku sendiri. Kini aku tak kuasa ingin keluar. Padahal juga baru sepuluh menit bergoyang. Dan aku pun tak bisa menyia-nyiakan ini, aku memang ingin keluar.“Rin, kakak mau menghamili kamu….ahh…keluar riiinn…Akkkhh…aaahhkkk”, benar sekali. Spermaku muncrat dengan energi penuh. Adikku merangkulku. Karpet itu jadi saksi bahwa keperawanan adikku aku renggut. Agak lama kami berpelukan dan berguling di karpet. Sampai kemudian aku cabut punyaku. Dan melihat karpet itu bernoda.Sperma tampak sedikit keluar dari vaginanya, karena terlalu banyak yang keluar tadi. Malam itu aku membopong adikku ke kamarnya. Ia menangis. Tentu saja ia kaget dengan yang kulakukan barusan, bahkan ia kuperkosa.“Maafkan kakak ya”, kataku. “Kalau kau mau marah, kakak ada di sini”“Percuma Arin marah, kakak sudah memerawaniku”, katanya. “Kakak harus janji, selain ibu dan Arin, kakak nggak boleh dengan wanita lain!!”“Baiklah kakak berjanji”, kataku.“Mulai sekarang, Arin ingin jadi istri kakak”, katanya.Setelah itu, aku berterus terang kepada ibuku tentang kejadian tadi malam. Ibuku tak marah. Ia mengerti keadaanku yang kecanduan sex. Boleh dibilang, hubungan incest ini tak ada orang yang tahu. Bahkan ketika ibuku melahirkan anak hasil hubungan kami, demikian juga Arin. Entahla ini namanya apa. Tapi kami berjanji akan menjaga anak-anak kami sampai ia dewasa nanti. Dan yang pasti. Hari-hariku melakukan sex dengan mereka berdua tak akan pernah usai. Dan anehnya setiap saat aku ingin sekali melakukannya dengan mereka. Ibuku yang suka dan mahir blow job, ditambah Arin yang vaginanya sempit membuatku ingin setiap hari menggaulinya. Kau tahu kalau kalian menganggap kisah ini bualan, kalian salah. aku benar-benar melakukannya dengan ibu dan adikku.

REPOST BY: RAJAPOKER88

Share:
Keluarga Besar Marga Sun. Diberdayakan oleh Blogger.

Breaking News

KAMI MENYEDIAKAN GAME LIVE CASINO TERBARU DI https://bit.ly/2pLGSsO SILAHKAN DAFTAR YA.. SALAM KEMENANGAN YA BOSKU

Arsip Blog

SABUNG AYAM