Situs Judi Online dan Artikel Sex Indonesia terpercaya 2019

Selasa, 30 Mei 2017

Jejak WNI di Konflik Marawi

Jejak WNI di Konflik Marawi


Kekerasan pecah di Marawi, Filipina, saat puluhan anggota kelompok militan menyerbu kota itu, setelah aparat keamanan berusaha menangkap Isnilon Hapilon, seorang veteran militan Filipina yang diyakini sebagai pemimpin ISIS di kawasan itu.

Segera setelahnya, bendera hitam ISIS berkibar dan kelompok militan dilaporkan menculik seorang pendeta dan 14 jemaat gereja. Mereka juga membakar sejumlah bangunan.

Dari total 85 korban tewas, terdapat 51 anggota kelompok militan dan 13 tentara. Sementara itu, sebagian besar penduduk Marawi memutuskan mengungsi.

"Penolakan mereka untuk menyerah membuat kota tersandera. Oleh karena itu, semakin penting untuk menggunakan lebih banyak serangan udara demi membersihkan kota dan mengakhiri pemberontakan ini," terang juru bicara militer Filipina Brigadir Jenderal Restituto Padilla.

Presiden Duterte dan pimpinan militer mengatakan, sebagian besar militan berasal dari kelompok Maute yang diperkirakan memiliki sekitar 260 pengikut. Maute telah berikrar setia kepada ISIS.

Duterte menambahkan, penjahat lokal juga turut mendukung kelompok Maute di Marawi.

Konflik di Marawi mengundang perhatian pemerintah Indonesia. Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) dikabarkan terjebak di wilayah tersebut.

Mereka terjebak di pertempuran antara pemerintah setempat dengan kelompok pemberontak. Satu orang dikabarkan tewas, tapi hal itu belum dikonfirmasi pihak berwenang.

Kepala Subbagian Humas Direktorat Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Agung Sampurno, menjelaskan hasil pencatatan lalu lintas keimigrasian. Ia membenarkan ada 10 WNI yang menyeberang ke Filipina.

"Sembilan orang dari Indonesia tercatat pada 11 Mei terbang ke Filipina dengan rute penerbangan Jakarta-Malaysia, Malaysia-Manila, Manila-Dapau City," kata Agung saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin 29 Mei 2017.

Sementara seorang lain tercatat terbang ke Filipina pada 14 Mei 2017. Rute penerbangan yang dilalui adalah Jakarta-Singapura, Singapura-Dapau.

"Setibanya di Dapau mereka dijemput oleh seorang WNI yang sudah menetap di Marawi," beber Agung.

Untuk menuju ke Marawi, mereka melalui jalan darat. Tiba di lokasi tujuan, mereka tinggal di Masjid Abu Bakar Assidiq.

"Kenapa di masjid? Karena tujuan mereka adalah untuk berdakwah," kata Agung.

Sepuluh orang ini berasal dari Jamaah Tabligh yang bermarkas di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

"Ada surat jalannya. Mereka dalam rangka khuruj untuk dakwah 40 hari. Begitu tiba di Marawi, mereka melapor ke polisi, kepala desa setempat. Jadi tidak dicurigai sebagai kelompok pemberontak. Semuanya legal," beber Agung.

Pertempuran pun pecah saat mereka dalam misi dakwah. Mereka lalu diselamatkan oleh masyarakat sekitar.

"Saat ini mereka sudah aman di bawah perlindungan polisi dan tentara di sana, tidak ada yang meninggal," kata Agung.

Marawi adalah wilayah di utara Mindanao. Wilayah ini berpenduduk mayoritas muslim. Daerah ini juga selalu menjadi tujuan dakwah. Tidak sedikit juga orang Indonesia yang menetap setelah kawin campur di Marawi.

Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly menyatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Polri dan Kementerian Luar Negeri terkait informasi WNI di Marawi. Ia berharap pemerintah bisa dengan segera mengambil tindakan.

"Polri sudah mengantisipasinya. Ada beberapa orang yang ditengarai juga WNI," ucap Yasonna.


Share:
Keluarga Besar Marga Sun. Diberdayakan oleh Blogger.

Breaking News

KAMI MENYEDIAKAN GAME LIVE CASINO TERBARU DI https://bit.ly/2pLGSsO SILAHKAN DAFTAR YA.. SALAM KEMENANGAN YA BOSKU

Arsip Blog

SABUNG AYAM