Tukang bubur langgananku bikin sange
Sebenarnya tak ada larangan dari pihak otoritas komplek untuk melarang pedagang makanan memasuki area komplek, kecuali pengemis, pengamen dan sales yang tidak jelas, namun dasar satpam disitu saja yg memanfaatkan posisinya untuk memperoleh keuntungan, yah bukankah dinegeri ini memang begitu adanya, terutama para aparat birokrasi, yang kerjanya hanya memanfaatkan aturan dan hukum untuk mendapatkan keuntungan, dan satpam itu hanyalah gambaran kecil saja.
“ Disini tukang dagang gak boleh masuk bang.. saya sih cuma menjalankan tugas aja… tapi kalau situ mau kasih saya sarapan bubur tiap pagi sih, saya akan bicarakan nanti sama boss.. biar ada keringanan.. saya sih enggak maksa nih…” begitu ujar sang satpam saat dulu pertamakali asep akan mencoba berjualan keliling komplek itu,sudah barang tentu itu hanyalah akal-akalan sang satpam, dengan tanpa pikir panjang asep langsung menyanggupi tawaran sang satpam.
“ Saya sih cuma mau nolong aja nih bang..gak ada maksud apa-apa…” begitu ujarnya lagi, sambil menerima semangkuk penuh bubur ayam lengkap dengan sate ampela ayamnya.
“ Tapi ngomong-ngomong situ ikhlas enggak nih…?” ujarnya lagi, sambil menyantap bubur, yg sudah barang tentu asep menjawabnya ikhlas.
Semenjak itu asep secara rutin memberikan sarapan gratis pada sang satpam, namun pada sore harinya asep tak lagi diharuskan memberikan semangkuk bubur, karna selain berdagang pagi hari, asep juga berdagang pada sore harinya dikomplek itu.
Bubur ayam asep sangat laris, jarang sekali asep pulang dengan dagangan masih tersisa, selalu habis walaupun dua kali dalam satu hari dia jualan berkeliling komplek itu, pagi hari asep berjualan mulai jam 6 pagi, memasuki pukul 8 pagi biasanya dagangan asep telah habis terjual. Dan untuk sore harinya pada pukul 4 sore asep mulai berkeliling, dan tak sampai mahgrib dagangannyapun ludes tak tersisa.
Menurut orang-orang dikomplek, bubur asep memang enak, bersih dan higenis, dan aseppun sebagai penjual memang selalu berpenampilan bersih. Kalau dilihat sosok asep memang tidaklah cocok sebagai seorang pedagang bubur keliling dengan gerobak seperti itu. ceritasexterbaru.net Wajahnya yg tampan serta posturnya yg atletis lebih pantas sebagai pemain sinetron, namun nasib yg berkata lain, asep hanyalah seorang dari desa yg sekolahpun hanyalah tamat SMP, usia asep kini 25 tahun, berdagang bubur dijakarta dengan meninggalkan istri dan seorang anak yg masih kecil dikampung didaerah jawa-barat, sekitar sebulan sekali asep pulang untuk menyetor hasil jerih payahnya kepada istri tercinta.
Karna penampilan asep itu pulalah banyak pembantu-pembantu rumah tangga dan baby sitter disekitar komplek yg tergila-gila padanya, namun dengan bijak asep selalu berkata bahwa dia telah berkeluarga. Dan bukan hanya para pembantu yg terpikat oleh asep, namun juga ibu-ibu disekitar komplekpun banyak yg terpincut oleh ketampanan asep, walaupun hanya disimpannya didalam hati saja tentunya.
Salah satu lengganan bubur asep yg setia adalah Ibu Hajjah Rina, orang-orang disekitar komplek biasanya memanggilnya bu haji, rina merupakan istri dari seorang petinggi dari sebuah partai berbasis religi, yg pada pemilu 2004 lalu memperoleh suara mayoritas di DKI.
Walaupun usia rina sudah 40 tahun, namun penampilan rina cukup menarik, dengan wajahnya yg cantik, berkulit putih dan selalu berjilbab. Bentuk tubuhnyapun cukup proporsional untuk seorang wanita, walaupun dengan mengenakan pakaian yg menutupi aurat secara penuh, namun orang masih dapat membayangkan bentuk tubuhnya yg aduhai, dengan pantatnya yg besar bak gitar spanyol dan buah dadanya yg juga besar bak jeruk bali.
Rina adalah salah satu dari ibu-ibu dikomplek itu yg secara diam-diam menaruh hati dengan ketampanan asep, namun biasalah sebagai seorang yg telah bersuami dan memiliki posisi terhormat pula, terlebih lagi dengan status hajjah yg disandangnya, berbeda dengan para pembantu dikomplek itu yg cengengas-cengenges dan tebar pesona yg berlebihan kepada asep, sebaliknya rina bisa dengan pandai menyembunyikan perasaannya itu, atau istilahnya ja’im. Walaupun sering juga rina mencuri pandang kepada asep saat rina menunggu asep melayani bubur yg ia beli.
Seperti pada sore itu, seperti biasa rina membawa mangkuk sendiri, dan menanti asep yg dengan cekatan meracik bubur dimangkuk rina, dan seperti biasa pula rina selalu mencuri pandang memperhatikan asep.
Dalam hati rina berkata agar asep bisa lebih lama dalam meracik bubur itu, dengan begitu dia juga akan bisa lebih lama menatap wajah asep, yah.. walaupun hanya menatap, itupun dengan mencuri-curi, dan rina akan berpura-pura membuang muka kearah lain saat tatapan asep mengarah kepadanya.
“ Tumben cuma satu mangkok bu haji, biasanya dua…” ujar asep, sambil memberikan mangkuk yg telah tersisi bubur sesuai pesanan rina.
“ Eh, anu.. Iya mang, Nana masih belum pulang sekolah, ada pelajaran tambahan katanya hari ini..” jawabrina gugup, entah mengapa kali ini pikiran rina begitu ngeres, setiap kali asep datang rina memang selalu mencuri pandang pada asep, dan saat itu biasanya rina hanya sekedar mengagumi ketampanan asep, tidak lebih, dan rinapun tidak mengharapkan apa-apa.
Namun tidak untuk sore ini, saat ini rasanya ingin diterkamnya asep, ingin dipeluknya dan ingin aahh.. “ apakah libidoku yg sedang tinggi-tingginya saat ini, dikarnakan siang tadi aku terlalu banyak makan lobster..ah bisa jadi” pikirnya.
Dan entah mengapa sore itu timbul pikiran gila dikepalanya, nafsu birahinya yg begitu memuncak menghilangkan akal sehatnya, terlebih-lebih sudah hampir satu minggu ini suaminya tidak pulang, ada urusan didaerah katanya, sehingga selama itu pula kebutuhan biologis rina yg satu ini belum terpenuhi.
Sebagai seorang wanita rina memang bisa dikatakan termasuk memiliki hasrat dan nafsu yg tinggi, dan hasratnya itu harus dapat tersalurkan, dua atau tiga hari mungkin rina masih bisa tahan, namun ini sudah seminggu suaminya belum juga pulang, dan sialnya lagi tadi siang begitu banyak dia mengkonsumsi udang
lobster, makanan yg satu ini memang memiliki kandungan zat tertentu yg dapat memacu libido, itu yg dialami rina saat ini.
“ Mang.. bisa minta tolong enggak..” tanya rina, sambil menoleh kiri kanan kawatir ada yg melihat.
“ Tolong apa bu haji..?” jawab asep
“ Bu haji minta tolong, kayaknya dikamar bu haji ada tikus mati dibawah lemari, tapi bu haji gak berani
mau nguburnya jijik.. tolong mang asep kuburin ya mang..” pinta rina
“ Ah, beres lah, itu sih soal kecil bu haji.. mari biar saya urus.. mana tunjukin kamarnya ” ujar asep
sambil mencoba masuk kerumah rina.
“ Eh mang.. tunggu dulu, ini gerobaknya dibawa masuk aja sekalian..” ujar rina
“ Ah, biarin aja bu haji, siapa yg mau nyolong gerobak kayak gituan…” jawab asep
“ Eh jangan begitu mang, duitnya mang asep kan ada dilaci itu semua.. sebaiknya dimasukin sekalian aja
mang..” pinta rina.
Sebenarnya yg dikawatirkan rina sesungguhnya adalah dengan adanya gerobak bubur asep didepan rumahnya
orang-orang akan tau kalau asep ada dirumah rina, untuk itu rina berpendapat akan lebih aman apabila
gerobak itu disembunyikan saja sekalian didalam rumah, karna ada niat rina untuk “menyekap” asep didalam
rumahnya untuk beberapa saat.
Akhirnya sesuai yg diinginkan rina, asep memasukan gerobaknya kedalam garasi mobil rina, walaupun agak
terkejut juga asep begitu melihat rina langsung menutup rolling door garasi itu, namun asep tak mengambil
pusing seraya diikutinya langkah rina masuk kedalam rumah yg cukup mewah itu, tampak oleh asep diruang
utama terlihat pajangan-pajangan dinding yg bernuansa islami, baik itu kaligrapi maupun gambar ka’bah yg
cukup besar, disebelah ruang utama yg tampaknya difungsikan sebagai ruang kerja suami rina, terdapat
background lambang partai dengan gambar padi yg diapit oleh dua buah bulan sabit, lambang yg sudah tidak
asing lagi bagi asep. sementara disudut lainnya terdapat ruangan yg tampaknya difungsikan sebagai
mushola.
Asep masih mengikuti langkah rina, tampaknya memang dirumah itu hanya ada rina seorang, karna memang
pembantu rumah tangga rina selalu pulang kerumahnya selepas asar, setelah selesai dengan tugas beres-
beresnya, dan akan datang kembali kerumah rina seusai subuh, begitu setiap harinya, sehingga praktis sore
ini hanya rina sendiri dirumah, karna menurut pengakuan rina, Nabila anak gadisnya semata wayang yg masih
duduk di SMU itu, masih ada pelajaran tambahan, sehingga yg biasanya pukul dua siang sudah sampai
dirumah, namun kali ini belum.
Akhirnya rina memasuki sebuah kamar, mungkin ini kamar yg dimaksud bu haji itu, pikir asep.
“ Ayo masuk mang.. “ ajak rina untuk mempersilahkan asep masuk
Alangkah terkejutnya asep saat berada dalam kamar tersebut, kontras sekali perbedaannya dengan ruangan-
ruangan lainnya dirumah ini, bagaimana tidak, dalam kamar yg luas yg bernuansa eropa modern, terdapat
lukisan klasik yg sangat artistik bergambarkan seorang wanita setengah telanjang sedang merangkul seorang
pria berpakaian bangsawan eropa kuno, dan diatas meja terdapat beberapa patung wanita setengah telanjang
yg cukup antik, dan dibagian lainnya, astaga.. pikir asep, sebuah patung kayu tradisional suku asmat yg
menggambarkan seorang pria dengan batang kontol sedemikian besarnya yg membuat asep hanya tersenyum. Dan
yg membuat asep lebih terkejut lagi adalah saat melihat bar mini dengan raknya yg berisikan berbagai
jenis minuman keras.
“ Ma..mana tikus matinya bu haji..” tanya asep agak gugup melihat tatapan rina yg dirasakannya ganjil.
Bukan jawaban yg diberikan rina, rina hanya tersenyum, senyuman yg misterius menurut asep, namun juga
senyum yg menggoda, semakin gugup asep dibuatnya, terlebih disaat rina melepaskan jilbab yg membungkus
kepalanya. Ternyata dibalik jilbab rina yg senantiasa membalut kepalanya itu, terurailah rambut rina yg
diberi pewarna pirang agak kemerahan, walaupun tidak sepenuhnya dicat berwarna merah memang, masih ada
beberapa bagian yg berwarna hitam, sehingga tampak modis.
Asep masih terpana menatap rina, semakin terbelalak dia saat rina membuka baju kurung yg membungkus
tubuhnya, sehingga kini rina hanya tinggal mengenakan celana dalam dan BH, bentuk tubuh yg aduhai, pikir
asep, dan dibawah pusar itu tampak tato menghiasinya, sebuah tato yg menggambarkan sebuah sayap burung yg
sedang membentang, sungguh seksi sekali rina, pikir asep, tak pernah terbayangkan sosok yg berada dibalik
baju kurung bu haji yg selama ini asep lihat ternyata seperti ini, mengingatkan asep akan wanita-wanita
dalam film porno yg sering dia tonton dirumah petak kontrakannya. Glek.. asep mulai menelan ludah.
“ Kamu suka sama bu haji mang..? “ tanya rina dengan gaya menantang sedemikian rupa, asep tak menjawab,
rupanya pikirannya masih belum dapat bekerja dengan normal, konsentrasinya masih tertuju pada kemolekan
tubuh rina.
“ Mang aseeeppp…” tanya rina lagi, dengan agak keras namun dengan nada yg menggoda
“ Eh..eh.. i..iya..iya.. apa bu haji…” jawabnya kaget,
rina hanya tersenyum, kini rina merasa diatas angin, rina merasa bahwa sepertinya asep sudah begitu
terbius dengan kecantikan dan kemolekan tubuhnya, sehingga dia lebih percaya diri.
“ Mang asep suka enggak sama saya…?” tanyanya lembut
“ Su..suka apa bu haji…” tanya asep, semakin gugup
“ Suka ngentot lah.. ngentot sama saya.. sama bu haji… mau enggak..? “ goda rina
“ Sss…sa..saya sih mmm..mau aja bu haji… tt..tapi, tikus matinya mana..? “ ujar asep na’if
“ Ah, mang asep ini.. masih belum ngerti aja, udah lupakan aja tikus matinya, tikusnya udah hidup lagi,
udah lari.. hi..hi..hi..” ujar rina genit.
Kini rina merapatkan tubuhnya pada asep, lalu tubuh asep didorong hingga jatuh terduduk diatas ranjang,
dengan cepat rina menerkam asep yg terduduk, hingga asep berbaring telentang dengan kedua kakinya masih
berada dilantai.
“ Mang asep enggak kesepian? kan, istri mang asep dikampung.. apa enggak kepingin ngentot mang..? ” goda
rina sambil tubuhnya berada diatas asep, sehingga buah dada rina yg besar yg masih terbungkus oleh BH
tepat berada diatas wajah asep.
Kaget juga dia dengan ucapan-ucapan vulgar rina, asep tak pernah menyangka kata-kata seperti itu dapat
terlontar dari mulut bu haji yg selama ini dihormatinya sebagai istri seorang tokoh terhormat.
“ Kepingin sih.. tapi saya takut bu… takut ketahuan.. kalo ketahuan bapak bagaimana bu.. bisa cilaka
saya..” ujar asep
“ Hi..hi..hi.. tenang aja mang, bapak enggak ada, enggak bakalan pulang hari ini… paling sekarang lagi
bersenang-senang sama cewek-cewek ABG simpanannya…” jawab rina
Ternyata memang dibalik kehidupan rina dan suaminya yg terlihat begitu terhormat dan disegani sebagai
tokoh yg cukup berpengaruh dari sebuah partai besar, itu semua hanyalah sebuah kamuflase belaka, sama
kamuflasenya dengan yg ada dirumah ini, yg pada hampir seluruh bagiannya bernuansa agamis, sehingga
mengesankan bahwa penghuninya adalah orang-orang yg taat beribadah dan menjalani hidupnya dengan nuansa
agamis. Padahal, jangankan hidup dengan nuansa agamis, sembahyangpun rina dan suaminya tak pernah,
kecuali pada saat bersama rekan-rekannya didalam suatu acara, barulah mereka sembahyang, hanya untuk
menjaga imej tentunya.
Potret sesungguhnya yg mencerminkan jiwa mereka adalah yg ada dikamar mereka ini, yg bernuansa seks dan
minuman keras, itulah yg sebenarnya ada didalam jiwa mereka. Sedangkan yg lainnya hanyalah kamuflase agar
suami rina dapat menempati posisi penting didalam partai yg memiliki pendukung cukup besar dikota Jakarta
ini, sehingga pada akhirnya suami rina menduduki kursi yg cukup basah dalam posisinya sebagai anggota
legislatif digedung DPR.
Dan sudah bukan rahasia lagi bagi rina apabila suaminya itu gemar memelihara gadis-gadis abg sebagai
simpanannya, bagi rina itu tidaklah menjadi masalah selama didalam status masih menjadi suaminya, toh
selama ini suaminya lancar-lancar saja memberinya nafkah, bahkan bisa dibilang terlalu berlebih, karna
memang begitu mudah suaminya memperoleh uang dengan posisinya yg menempati “kursi basah” dilegislatif
seperti sekarang ini, bukan hanya ratusan juta yg mengalir dalam rekening banknya, tapi sudah mencapai
angka “M”.
“ Eh, mang asep.. mang asep kan masih muda, terus udah pisah sama istri, lalu kalau mang asep lagi
kepingin.. bagaimana ngatasinnya mang…?” tanya rina, rina kali ini dapat merasakan bahwa asep tampaknya
sudah sedikit tenang, sudah dapat mengontrol dirinya, mungkin karna rina telah mengatakan bahwa suami
rina tak akan pulang hari ini.
Dan asep kali ini memang sudah “pasrah” dalam artian dia akan ikuti saja alur dari “permainan” ini, toh
diapun menyukainya dan membutuhkannya, apalagi selama ini secara diam-diam asep selalu menjadikan rina
sebagai obyek hayalan dalam onaninya, asep yg setiap harinya bertemu rina, dan tanpa disadari oleh rina,
asep memang mengagumi kecantikan wanita itu, baginya rina adalah sosok yg pas dalam hayal seksualnya, dan
sampai saat itupun asep masih belum percaya betul kalau ini bukanlah mimpi. Karna baginya mana mungkin
seorang wanita yg menurut asep begitu terhormat seperti rina mau selingkuh dengannya yg hanya seorang tukang bubur dari desa.
“ Kalau saya sih paling-paling onani bu haji…” jawab asep polos
“ Kalau lagi onani yg dihayalin apa mang…? “ tanya rina lagi
“ Paling-paling saya onani sambil nonton film BF di vcd…” jawab asep
“ Ih.. dasar kamu sep, kerjaannya nonton bf aja, nanti dipraktekin sama bu haji ya… gaya-gaya ngesek yg kamu tonton difilm..” ujar rina menggoda.
“ Tapi kalau lagi enggak ada kaset, paling-paling saya ngebayangin cewek…” ujar asep lagi
“ Cewek siapa aja yg sering kamu bayangin mang…? “ tanya rina
“ Wah banyak…” jawab asep
“ Iya, tapi yg paling sering siapa… pasti bintang film ya? Apa pemain sinetron? “ desak rina
“ Ah malu jawabnya…” ujar asep malu-malu
“ Masak malu sih, ayo dong jawab aja…?” tanya rina sedikit penasaran
“ Mmmmm…anu.. yg sering sih bu haji sendiri yg saya hayalin… he..he..he.. jangan marah ya bu haji..” jawab asep cengengesan
“ Ih..dasar kamu mang, serius nih..? kenapa mang asep gak bilang-bilang dari dulu sih.. bu haji kan dari dulu juga udah kepingin banget ngentot sama kamu…” ujar rina manja, hatinya merasa berbunga-bunga oleh ungkapan asep itu, seraya dikecupnya bibir asep dengan rakus yg langsung dibalas oleh asep dengan tak kalah rakusnya.
REPOST BY: RAJAPOKER88